Adalah anak paling sok di kampung ini sebelum Tsunami, Jose berpostur pendek,rambut keriting semak dan gigi tidak teratur, tidak peduli pada orang baru,seperti aku,padahal aku Cuma ingin belajar gitas sama dia.punya segalanya,banyak sodara di kampung ini itu semua sebelum Tsunami.
Hari itu hari minggu pagi 26 Desember 2004, keluarga jose semua ke laut, jose tidak di ajak karena tidur larut malam,dan akan marah besar kalau di bangunkan, dengan boxer berwarna hitam,jose keluar dari rumahnya dan bergabung bersama kami di lapangan kampung ini,dari kejauhan dia berjalan pelan seperti orang mabuk,kalau dilihat dari sini,nampak seperti bonsai berjalan karena rambutnya yang baru bangun tidur nampak mengembang seperti Akmad Albar.
Wajahnya pucat,ketakutan dan semponyongan tangannya memegang hape dan menelpon
“halo, mama dimana? Jose kok di tinggal?”
“mama, mama,halo,,,” telpon pun terputus ,,,
Suara gemuruh aneh terdengar dari arah laut,orang berbondong-bondong melalui kampung mulia ada yang berteriak “air laut naik!!”
Saya tak percaya,tapi Nyakwa dan Ayah saat itu berinisiatif supaya kami semua naik ke lantai Atas rumah, Jose memilih ikut orang desa lain untuk lari ketempat yang aman,
Suara gemuruh itu rupanya ombak air yang hitam pekat menghancurkan rumah-rumah yang di laluinya,suara tasbih membumbung kelangit,Nyakwa berdoa supaya rumah kami tidak rubuh lalu air menabrak Smp Adidarma di samping rumah kami, Smp itu pun rubuh seketika,saya lihat orang-orang hanyut di bawa air hitam itu mereka mencoba berenang mencari tempat berpegang supaya tidak hanyut lebih jauh,saya berusaha meraih beberapa orang yang bisa saya selamatkan.
Keesokan harinya baru kami keluar,dan mengungsi ke Kantor DPR, Jose sekarang lebih banyak termenung,sedikit berbicara dan menyombongkan diri seperti dulu,
Jose mulai berbicara ketika orang bertanya,di sana berkumpul orang kampung Mulia dan kampung lainya yang selamat, saya hanya mengenal beberapa,karena baru saya di Banda ini,dulu saya di Aceh Besar,tepatnya di Lampenuerut sekolah,tapi bukan saya tokoh utama dalam cerita ini.
Kami bertahan hidup dengan makan sagu WFP, jarang sekali memakan nasi,saat itu uang tidak berharga,tidak ada yang bisa di beli karena tidak ada toko terdekat dan terjauh yang buka.
Orang berzikir setiap ada gempa susulan,gempa susulan terjadi setiap malam sampai beberapa bulan kalau saya tidak salah,
Kami lalu di pindahkan dari kantor DPR ke Barak Lhoong Raya,tepat di samping Stadion Harapan bangsa.
Jose dan saya tinggal di dalam1 barak bersama barak obama,maksud saya pengungsi yang lain,saat itu kami sudah mulai akrab,setiap pagi dan sore kami bermain bola di dalam dan di luar stadion harapan bangsa,dimana ada orang main bola di situ ada kami, karena kuliah masih tidak jelas,dan akses ke darusalam masih di tutup.
Sekarang Jose sudah baik tapi badannya sangat kurus, tidak ter urus, dia lebih baik memperhatikan orang lain dari pada dia urus diri sendiri, saya mencoba menasehati “kau makan lah sekali2 biar gak kurang gizi”,dia jawab “di afrika lebih banyak yang lebih kurus dari aku”. Dia juga mulai tertawa lagi.
“nanti Rio,kita buka usaha sendiri”
“usaha apa” “apa saja boleh,asal halal” lalu kami berdua pernah buka usaha rental playstation bukan kami yang buka sebenarnya,tapi anak pak keplor pemiliknya tapi kami yang jaga, lalu PS tutup karena tidak terbuka lagi.
Jose jualan burger sama orang di depan Garuda city check in,saya melanjutkan kuliah.tersiar kabar dia jadi penjual pulsa tapi terakhir kali bertemu dia sudah jadi kernet L-300 jurusan Banda Aceh-Tapaktuan
Komentar