Pulo Aceh 2006 “Asalamualaikum Rio,mau ke pulo Aceh?” “Walekomslam,Mau bang,kapan?” “4 jam lagi,ini Rio dimana?” “Sigli bang” “ya,abang tunggu di Ulee Lhee,” “cepat kemari” “oke bang” Aku menutup telepon dari Bang Ansar, Presiden BEMA IAIN Ar-Raniry 2006, lalu kedapur “Mak, Pon Pergi ke Pulo Aceh ya?” “sama siapa?” “Sama anak BEM” “hana meuho jak,dirumoh duek” mama tidak megizinkan Kebetulan ayah baru pulang kantor “Ayah,Pon pergi ke Pulo Aceh ya?” “jak laju,hati-hati” Karena Istri harus patuh pada suami,jadi aku ikut kata ayah, beliau memberi izin.lala aku mengambil tas, membuka lemari,ambil beberapa baju,beberapa jenis celana,deodorant,sikat gigi,obat ganteng (sisir) Senter,zippo,kain sarung dan selimut.lalu pamit sama kedua orang tua,dan ketiga orang muda itu adik-adik saya. 3 jam kemudian Angin dingin menepati janji di Ule Lhee,bulan purnama belum ada di langitnya,karena belum malam, rambut saya yang panjang di tiup angin sampai menutupi mata,berkali kali harus di naikkan memaka