Sebenarnya hidup ini biasa saja. Mau jadi orang biasa. Ya lakukanlah hal yang biasa. Hidup aku hidup orang biasa. Hidup aku biasa saja. Beberapa tahun ini. Tamat kuliah. Bekerja di kantor kontraktor ayah.
Selasa ngajar di sekolah. Yang membuat hidup ini sekarang susah payah adalah teman-teman yang sudah menikah.
Beberapa tahun kedepan aku terancam hidup tanpa mereka. Tanpa cinta sudah jalan beberapa tahun saja. Setelah di putuskan. Di tolak. Di acuhkan. Di sia-siakan. Perlahan hati ini tidak punya rasa lagi. Hati sudah di simpan di dalam lemari. Di balik baju yang tak di pakai lagi.
Teman pertama yang menikah adalah si Ayi, kami sedikit shock! Kok ada cewek yang mau sama dia. Mau menikah lagi, hidup bersama selamanya. Luar biasa. Anaknya sudah dua. Luar biasa, walaupun kedua anaknya menangis waktu di lahirkan. Menangis bukan karena ayahnya dia. Tapi memang begitu semua manusia.
Lalu beberapa kawan yang sudah juga menikah, yang kaya dan yang sudah bekerja. Maklumlah. Tapi aku ini apalah. Kerja tak tetap. Seandanya bisa ijab Kabul begini : saya terimah nikahnya anak bapak, dengan mahar 20 mayam dari bapak atau begini “saya terima nikahnya anak bapak, dengan sponsor Aon dan Fly emirates” atau Saya terima nikahnya anak bapak dengan mahar di cicil melalui FIF dan Adira atau begini “saya terima nikahnya anak bapak dengan senang hati” atau “saya terima nikahnya anak bapak dengan tiga kali Al-Baqarah” dan “saya terima nikahnya anak bapak dengan anak kambing saya. Di bayar tunai!!.
Kenapa menikah di persulit di Aceh? Di Pidie lagi. Di Lhok lagi? Kenapa mahal-mahal sekali? mau jual anak ya? Bilang lagi jawa semakin banyak di Aceh. Orang tu beranak2 terus. Kita orang aceh makin sedikit. KB lagi.
Kalau dalam dunia percintaan. Aku luar biasa. Aku mencintai wanita-wanita yang luar biasa. Tapi sayangnya wanita luar biasa itu tidak sama sekali mencintaiku. Aku tak pernah salah memilih wanita. Mereka saja tak pernah memilihku. Cw3dw!h dw3h!
7 bulan lalu ada perubahan besar dalam hidup ini. Aku bertemu seorang wanita. Sebenarnya banyak wanita yang kulihat tiap hari di jalan. Tapi untuk apa di bilang. Wanita yang aku temui ini pertamanya biasa saja. Berbedak tebal. Sedag membeli es krim. Dia sedang di gangu pria paruh baya. Aku lewat saja. Tak jadi bertemu. Hari berikutnya dia duduk di depan rumahnya yang sederhana. Dengan rok hitam yang sobek di mata kakinya. Sungguh jarang sekarang wanita yang mau memakai rok sobek.
Dia anak juragan semangka. Berwajah seperti artis Cina. Lupa namanya. Zang ziyi kayaknya. Cantik sekali. tapi masalahnya dia tidak berjilbab. Malas mengaji dan hobi nonton tv. Makes nasi goreng. Mikes jus jeruk. Rencana dengan dia besar. Desa dia tinggal adalah desa yang damai. Cocok untuk berkebun dihari tua dan memelihara ikan. Membuat rumah yang sederhana, pagar bamboo. Berjualan kelapa tua. Membantu ayahnya kesawah dan menanam semangka. Dan hidup bahagia selamanya.
3 bulan berikutnya kami selesai berkerja di desa itu. Aku pindah ke desa lain. Bertemu lagi dengan wanita. Tidak cantik. Kurus, hanya gemuk di bagian-bagian tertentu. Anak yatim. Lucu. Rambut keriting. Rajin mengaji, memasak, mencuci baju. Rumah kayu sederhana. Tidak ada tv nya. Wah! Luar biasa. Rumahnya dekat dengan pengajian salafi. Rencana dengan dia besar . Desa ini Cocok untuk berkebun dihari tua dan memelihara ikan. Membuat rumah yang sederhana ini sedikit demi sedikit, pagar sudah ada. Berjualan kelapa tua. Membantunya kesawah dan menanam kacang panjang. Dan hidup bahagia selamanya.
Pusing! Beberapa tahun lalu juga aku bertemu dengan wanita soleha. Tidak pernah kulihat rambutnya. Hafal qur’an. Tidak apa apa tak bisa memasak. Bisa beli. Lagian aku tak suka makan. Aku lebih suka ibadah. Rencana dengan dia besar . Membuat rumah yang sederhana ini sedikit demi sedikit, di tanah yang luas. Lalu membuat kelas-kelas. Dia mengajar Al-qur-an. Aku mengajar ilmu hitam. pagar sudah ada. Lalu sedikit demi sedikit mendirikan pesantren. Dan hidup bahagia selamanya.
Lalu kita tidak lupa kita bercermin. Siapa saya. Emas tak ada semayam pun. Mau melangkah. Biarlah dulu kawan-kawan yang jalan. Saya tunggu sampai benar-benar.
Menulis 650 kata.
Komentar