Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Kupi Poh Siploh: Gila dan Berkarya

 Di kampung  sudah banyak orang gila, aku termasuk?  karena ada kata pepatah mengatakan, setiap keluarga ada orang gila kalau kakak adikmu kelihatan normal, berarti kamulah yang gila.  Ada yang gila karena narkoba, ada karena harta dan ada keinginan yang tak tercapai. menurutku kegilaan terjadi karena tak cukup ilmu, tak bisa menikmati sesuatu dan jarang bersosial. Aku beberapa minggu lalu duduk dengan Tungang Iskandar. Tu mengambarkan kalau kepuasan orang kaya di Aceh itu tak indah. lomba-lomba membuat rumah yang besar, mobil yang besar dan barang-barang mahal, ini terjadi karena jiwa seni tidak ada dalam diri orang-orang kaya sekarang. penyebabnya ya jadi gila, gila produk orang yang kalau dilihat orang lain mewah dan mahal. Bagi orang kaya dulu, kehebatan diukur dari seberapa indah rumahnya dan koleksi barang seni atau barang berseni di rumah yang membuat dia nyaman di rumah.  ini untuk mencari kesenangan harus bepergian dan menikmati tempat-te...

Kenapa Kita Sekolah dan Pendidikan Sesuai Era

  Tidak terasa libur sudah berakhir dan kita kembali ke sekolah. Saatnya kembali merenungkan, meluruskan niat untuk serius dalam menuntut ilmu dan memberikan yang terbaik yang kita punya untuk meraih kesuksesan di masa depan. Beberapa hari lalu saat men scroll sosmed, saya mendapatkan satu podcast menarik tentang jawaban dari pertanyaan kenapa harus sekolah?   Orang yang tidak sekolah aja sukses, yang di drop out dari sekolah saja bisa jadi CEO. Misalnya penemu Facebook Mark Zuckerberg dan Bill Gates di   drop out oleh Harvard. Tapi tunggu dulu, kalau kita telusuri lebih lanjut Mark dan Bill meninggalkan kampus karena mereka telah menemukan passion sendiri. di Indonesia ada Bob Sadino, Dedi Corbuzier, John Taylor Gatto, Guru Gembul dan Timothy Ronald   yang anti sekolah. tapi apakah sekolah tidak menjamin kesuksesan? Bob memang berbisnis sejak usia muda, sedangkan tiga nama di atas adalah content kreator, semakin kontroversial judul konten, semakin banyak viewe...

Kim Ji Young: Born 1982: Ketika Wanita Ingin Dimengerti

Semalam aku menonton film Kim Ji-young: Born 1982. Sebuah akun literasi merekomendasi aku bukunya, tetapi sebagai provinsi kismin kami tak sanggup beli buku, ongkir mahal. Kabar gembira buku best seller internasional  ini sudah ada filmnya, jadi aku menonton drama hampir dua jam ini sambil kipas-kipas. Kim Ji Young sebenarnya istri yang beruntung punya suami yang bekerja dan membantu rumah tangga saat dia pulang, seperti memandikan anak dan mau bantu masak dan bermain bersama si kecil. Trailer  Ji Young sebagaimana namanya masih muda dia merindukan untuk bekerja dan berinteraksi dengan teman-temannya. dia punya berbagai impian dan trauma masa lalu, impiannya ke luar negara belum kesampaian karena suaminya bekerja sangat capek dan mau menikmati liburan ke rumah orangtuanya saja, dia dekat sama ibunya.  Sedangkan Ji Young tak nyaman di rumah mertua karena...you know lah...orang tua patriarki yang ingin dia sebagai istri mengerjakan semua pekerjaan rumah. Akan tetepi Ji Youn...

Kenapa Kita Menonton Film?

  Seiring berjalannya waktu, aktivitas menonton film tidak hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga menjadi suatu bentuk pelarian dari rutinitas sehari-hari yang melelahkan. Bang Rahmat Idris, seorang yang pernah mengalami pengalaman langsung dengan masyarakat India, memberikan pandangan bahwa kehidupan para pekerja di sana sangatlah melelahkan. Menjadi seorang kuli, berdesakan di jalan, dan harus menanggung beban berat dalam kehidupan sehari-hari menjadi kenyataan pahit yang harus dihadapi. Untuk mengatasi kepenatan tersebut, masyarakat India mencari hiburan yang dapat memberikan mereka pelarian dari keseharian yang sulit. Salah satu bentuk hiburan yang populer adalah film. Pada masa lalu, India menjadi produsen film yang sangat produktif di luar negeri, mungkin sebagai jawaban atas kebutuhan akan impian dan fantasi yang dihadirkan dalam dunia perfilman. Dalam film, terdapat berbagai impian manusia yang terwujud, baik sebagai pangeran, putri kerajaan, superhero, pahlawan nasional...

Poin Penting dari Syarah Budaya, bersama Junaidi Ahmad

  Moderator Khairul Fahmi  Sangkaan saya acara ini terkait simbol di ruangan bupati: wayang, itu multikultural kah? Lebih Utama acara Sujiwo Tejo, budaya kita banyak, kenapa harus dimasukkan budaya orang (otonomi budaya Lokal) Apakah Kita Selalu Harus Mengaminkan Budaya Nasional? Negara biasanya hadir atas program yang mereka rancang, Amarullah Yacob, Pengantar: Hasil diskusi bersama terselenggara Acara ini untuk refleksi sithon acara kebudayaan di Pidie. Pidie merupakan lumbung intelektual. Banyak penemuan manuskrip banyak pengarang dari Pidie. Tgk Abdul Muthaleb Klibeut, baru ditemukan Maskur Pedir Museum. Tapi intelektual di Pidie meredup selawet ini. Makanya dibuat acara ini untuk masa yang akan datang untuk perubahan dalam pemikiran untuk kawula muda. Acara ini diinisiasi untuk /merubah menghidupkan/mencerahkan pemikiran.  Menambah khazanah kebudayaan.  Acara ini murni gerakan intelektual, bukan agenda politik. Ustaz Junaidi Ahmad  tempat duduk disebut juga...