Langsung ke konten utama

Untukmu Ketua FLP yang Baru



Asalamualaikum, tulisan ini ditulis dalam rangka pemilihan ketua FLP baru, saat pertama bergabung saya melihat teman-teman yang luar
 biasa di FLP baik dari segi kesolehan dan kesolehahannya dan dari segi tulisannya. Dari segi keorganisasian juga warwiasa dan sering ada acara-acara.

Tahun-tahun menyenangkan saat ada Roby, Riza, Ade, Junaidah, Isni,  Ferhat dan lain-lain yang tidak disebut jangan marah. Selain mereka pekerja ulung yang punya kecintaan besar untuk FLP, tulisan-tulisan mereka pun rasanya sulit untuk saya tandingi.


Seiring dengan perjalanan waktu, semua berubah saat Negara api menyerang. Hilangnya beberapa punggawa yang bekerja diluar daerah, menikah dan terbang keluar negeri membuat organisasi yang kita cintai ini berkurang gregetnya.


Tidak tahu juga kenapa, apa karena salah di kaderisasi atau salah Jokowi. Tapi pemindahan sekret dari samping PKA ke Kp. Pineung rasanya sedikit membuat itu terjadi. Susahnya mengakses rumah pada seseorang mereka sehingga sulit bahkan tak mau pulang ke ‘rumah’ kalau dulu kita saat ada kegiatan semua suka buatnya dirumcay, sekarang buatnya diluar.


Siapapun yang jadi ketua, itulah mungkin harus jadi prioritas utama. Isu yang berhembus kita gabung sama Ruman sekretnya, mungkin jadi alternative yang bagus, karena ruman sedang hot-hotnya.  Atau gabung sama Rumah Bahasa yang punya sekret sendiri yang abadi. Jadi tak perlu sewa. Atau ada sesiapa yang dekat dengan siapa bisa minta ruangan di seputaran kota untuk rumcay, kasian buku-bukunya, semakin berkurang dan rosak dimakan dinasaurus yang kecil-kecil.


Lalu menumbuhkan kecintaan kepada flp gimana? Karena menurut Socrates dan Mbah Marijan sesuatu itu tak bisa dipaksakan, mau semua anggota punya satu buku masing-masing atau lebih tak bisa kita lakukan kalau tak ada keinginan dari mereka sendiri.


Ya, tidak dapat dipungkiri memang organisasi itu seperti kata Fahri di Ada apa dengan cinta, Organisasi itu seperti api unggun perlu kayu-kayu baru supaya api tetap menyala. Tapi kalau kayu lama sudah padam, mau menyala vagaimana? Huhu

 

Intinya saya tak mau jadi ketua, karena saya merasa diri belum tua. Saya mengurus diri sendiri saja belum bisa, moody, jomblo, tidak dibanda, bukan orang kaya, suka makan makanan klasik, tidur dengan mata tertutup dan lain-lain yang dianggap perlu untuk tidak jadi ketua.

Jadi ketua di Sigli saja Cuma hot-hot chiken shit dan gagal merekrut banyak dan membuat anggota disini cinta pada FLP Sigli. Kegiatan hanya beberapa bulan pertama lalu padam tak bertuan. Krik..krik..krik seperti malam tak bercahaya bulan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Well of Ghost (cerbung)

Angin berdesir meniup pasir putih di tepi pantai,ombak di laut bergemuruh menerjang karang,ikan ikan berenang kesana kemari mencari makan,ubur-ubur menari nari di atas terumbu karang di saksikan bintang laut yang menempel di balik perahu nelayan tapi, Paragraph ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan cerita ini. Di dalam ruagan mandi sekolah kami,ada sebuah sumur besar peniggalan belanda,ukurannya 3 kali lebih besar dari sumur biasa,sumur ini di kelilingin oleh bebatuan,Nampak berlumut hijau yang licin,airnya sangat jernih dan hidup beberapa ikan mujair di kedalaman sumur ini. Sekarang saya berada di dalamnya,sedang mandi, ini jam 11 siang,santri lain sedang belajar di kelas,pelajaran fisika.saya dendam sama pelajaran itu.karena gurunya,kami panggil beliau pak KOMBET,kami pangil beliau begitu karena helm yang beliau pakai mirip dangan helm tentara Amerika di film COMBAT yang di siarkan di TVRI pada masa itu, tahun 1992. Kenapa saya mandi di dalam sumur. ini,berawal dari abang ...

Maukah Kau Menikam (dengan) Ku

Sebenarnya hidup ini biasa saja. Mau jadi orang biasa. Ya lakukanlah hal yang biasa. Hidup aku hidup orang biasa. Hidup aku biasa saja. Beberapa tahun ini. Tamat kuliah. Bekerja di kantor kontraktor ayah. Selasa ngajar di sekolah. Yang membuat hidup ini sekarang susah payah adalah teman-teman yang sudah menikah.                 Beberapa tahun kedepan aku terancam hidup tanpa mereka. Tanpa cinta sudah jalan beberapa tahun saja. Setelah di putuskan. Di tolak. Di acuhkan. Di sia-siakan. Perlahan hati ini tidak punya rasa lagi. Hati sudah di simpan di dalam lemari. Di balik baju yang tak di pakai lagi.                 Teman pertama yang menikah adalah si Ayi, kami sedikit shock! Kok ada cewek yang mau sama dia. Mau menikah lagi, hidup bersama selamanya. Luar biasa. Anaknya sudah dua. Luar biasa, walaupun kedua anaknya menangis waktu di lahirk...

Menjelajahi Wisata Wajib di Aceh: Sabang!

Di akhir pekan ini kami guru-guru dan staf satu sekolah Sukma Bangsa Pidie merayakan liburan di Sabang. Sekitar 120an orang kami bersiap menunggu bus jemputan pukul 03.00 dini hari di kampus sekolah. Di hari jumat ini kami berangkat dari Pidie menuju Banda Aceh ke pelabuhan penyebrangan Ulee Lheue. Dengan tiket sekitar 35.000 kami menaiki kapal Aceh Hebat 2.  Terombang ambing di kapal lambat selama hampir 2 jam, kami tiba di pelabuhan Balohan Sabang. Lalu kami dijemput oleh bus sekolah menuju masjid untuk melaksanakan salat jumat. Masjid penuh, kami harus mendengar khutbah dari luar dalam masjid. Setelah khutbah baru bisa kami merangsek masuk dan salat dua rakaat disambung asar dua rakaat. Lalu kami menuju Iboieh. Destinasi paling disukai di Sabang ini menawarkan panorama indah, kita bisa nginap di tepi pantai, bisa melihat ikan sambil berenang memakai google (snorkeling) bisa naik perahu kaca kalau takut berenang dan bisa juga diving untuk kalangan perenang profesional...